Terlahir dengan nama Niki Alma
Febriana Fauzi adalah salah satu takdir yang ada padaku. Tidak pernah terlintas
sama sekali sebelumnya ketika aku masih di rahim ibu akan mendapatkan nama
seperti ini. Sebuah nama yang bisa dibilang cukup panjang untuk ukuran nama orang
Indonesia. Maklum, ketika aku belum lahir ke dunia, kedua orang tuaku begitu
mendambakan seorang anak berjenis kelamin laki-laki; kedua kakakku semuanya
perempuan. Mungkin dibuatkannya nama sepanjang ini adalah salah satu bentuk
rasa syukur dan kepuasan tersendiri dari mereka. Selintas namaku ini memang
agak kebarat-baratan (bila kata “Niki” tertulis “Nicky”), namun juga agak
kejawa-jawaan (“Niki” dalam bahasa Jawa artinya adalah “ini”). Tidak hanya itu, cita rasa Arabian juga cukup
terasa dengan adanya kata “Alma” dan “Fauzi”, yang keduanya secara berurutan
berarti “air” dan “keberuntungan”. Kata “Febriana” mungkin yang paling tidak
bercorak kebarat-baratan, kejawa-jawaan atau kearab-araban. Ya, karena kata ini
terambil dari sebuah nama bulan, yaitu Februari. Kata ibuku, agar dia tidak
lupa pada bulan apa anak laki-laki pertamanya lahir.
Kadang aku berpikir mengapa orang
tuaku menamaiku dengan nama seperti ini. Apa ada makna di baliknya? Pernah
kutanyakan, tapi selalu tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan. Konon,
sebagian namaku adalah pemberian dari seseorang yang masih saudara dengan orang
tuaku. Sebut saja namanya Aying. Dari Aying inilah sebagian namaku berasal. Dua
kata pertama (Niki dan Alma) adalah darinya, dan dua yang lain dari orang
tuaku. Dan kebetulan juga (namun sesugguhnya Allah telah merencanakan) nama “Alma”
adalah nama yang sering orang-orang gunakan untuk memanggilku. Secara arti Indonesia
bila namaku diterjemahkan maka kurang lebih ialah “ini - air - bulan Februari -
keberuntungan”. Terjemahan yang tidak cukup membantu menggali makna di balik
sebuah nama yang panjang. Kubiarkan terus-menerus kebingungan ini, sampai pada
saatnya banyak orang yang mengira namaku adalah nama perempuan, bukan
laki-laki. Baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Kebingunan dan rasa agak kesal
karena ketidakjelasanan makna namaku sendiri semakin menjadi-jadi. Mangapa
tidak jelas begini? Jadi dikira perempuan lagi? Sampai pada akhirnya ketika aku
duduk di kelas tiga ‘Aliyah (sederajat 3 SMA), ada seorang guruku yang
bercerita tentang keistimewaan air. Air adalah sebuah senyawa yang paling
mandiri di dunia ini, katanya. Dia adalah senyawa independen yang mampu bertahan
di dunia walaupun tidak ada senyawa-senyawa yang lain. Dia adalah senyawa yang
paling dibutuhkan oleh siapapun; manusia, tumbuhan, binatang. Bayangkan bila di
dunia ini tidak ada air! Manusia, tumbuhan, binatang dan siapa saja (secara
normal) tidak akan bisa bertahan hidup. Manusia mungkin bisa bertahan tidak
makan berhari-hari, tapi coba suruh manusia untuk tidak minum barang sehari.
Mendengar penjelasan dari guruku itu, kebingungan akan makna namaku sendiri
sedikit demi sedikit luntur dan berubah menjadi partikel-partikel yang
menggumpal mewujud rasa terimakasih dan syukur kepada orang yang telah
memberiku nama ini. Benar-benar luar biasa! Apa yang dijelaskan oleh guruku itu
ternyata juga telah mendapat legitimasi dari ayat suci al-Qur’an, firman Allah
yang tidak perlu diragukan lagi kebenaran dan keotentikannya. Sebuah potongan
ayat pada surat al-Anbiya ayat 30 menjadi saksi begitu istimewanya satu makhluk
Allah yang bernama air, “... Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup ...”. Bukan hanya satu, dua atau tiga tapi Allah
mengatakan segala sesuatu. Subhanallah!
Dari sinilah rasa kebingunanku
berubah menjadi rasa syukur dan terima kasih tiada tara kepada kedua orang tua dan
orang yang telah menyumbang nama untukku. Mungkin inilah maksud mereka para
manusia luar biasa itu memberi nama bagiku, Niki Alma Febriana Fauzi. Dengan
harapan agar aku bisa menjadi orang yang benar-benar luar biasa seperti yang
terkandung dalam makna air.
Saudara-saudaraku tercinta, mulai
sekarang jangan pernah berprasangka buruk dengan nama kita sendiri. Orang tua
atau siapapun yang telah memberi nama kita, pasti punya harapan dan tujuan
mulia. Tetap semangat dan bersyukur dengan apa yang ada pada diri kita.
Kaliurang, 12 Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar