Kamis, 14 Februari 2013

Di Balik Sebuah Nama




Terlahir dengan nama Niki Alma Febriana Fauzi adalah salah satu takdir yang ada padaku. Tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya ketika aku masih di rahim ibu akan mendapatkan nama seperti ini. Sebuah nama yang bisa dibilang cukup panjang untuk ukuran nama orang Indonesia. Maklum, ketika aku belum lahir ke dunia, kedua orang tuaku begitu mendambakan seorang anak berjenis kelamin laki-laki; kedua kakakku semuanya perempuan. Mungkin dibuatkannya nama sepanjang ini adalah salah satu bentuk rasa syukur dan kepuasan tersendiri dari mereka. Selintas namaku ini memang agak kebarat-baratan (bila kata “Niki” tertulis “Nicky”), namun juga agak kejawa-jawaan (“Niki” dalam bahasa Jawa artinya adalah “ini”).  Tidak hanya itu, cita rasa Arabian juga cukup terasa dengan adanya kata “Alma” dan “Fauzi”, yang keduanya secara berurutan berarti “air” dan “keberuntungan”. Kata “Febriana” mungkin yang paling tidak bercorak kebarat-baratan, kejawa-jawaan atau kearab-araban. Ya, karena kata ini terambil dari sebuah nama bulan, yaitu Februari. Kata ibuku, agar dia tidak lupa pada bulan apa anak laki-laki pertamanya lahir.

Kadang aku berpikir mengapa orang tuaku menamaiku dengan nama seperti ini. Apa ada makna di baliknya? Pernah kutanyakan, tapi selalu tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan. Konon, sebagian namaku adalah pemberian dari seseorang yang masih saudara dengan orang tuaku. Sebut saja namanya Aying. Dari Aying inilah sebagian namaku berasal. Dua kata pertama (Niki dan Alma) adalah darinya, dan dua yang lain dari orang tuaku. Dan kebetulan juga (namun sesugguhnya Allah telah merencanakan) nama “Alma” adalah nama yang sering orang-orang gunakan untuk memanggilku. Secara arti Indonesia bila namaku diterjemahkan maka kurang lebih ialah “ini - air - bulan Februari - keberuntungan”. Terjemahan yang tidak cukup membantu menggali makna di balik sebuah nama yang panjang. Kubiarkan terus-menerus kebingungan ini, sampai pada saatnya banyak orang yang mengira namaku adalah nama perempuan, bukan laki-laki. Baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Kebingunan dan rasa agak kesal karena ketidakjelasanan makna namaku sendiri semakin menjadi-jadi. Mangapa tidak jelas begini? Jadi dikira perempuan lagi? Sampai pada akhirnya ketika aku duduk di kelas tiga ‘Aliyah (sederajat 3 SMA), ada seorang guruku yang bercerita tentang keistimewaan air. Air adalah sebuah senyawa yang paling mandiri di dunia ini, katanya. Dia adalah senyawa independen yang mampu bertahan di dunia walaupun tidak ada senyawa-senyawa yang lain. Dia adalah senyawa yang paling dibutuhkan oleh siapapun; manusia, tumbuhan, binatang. Bayangkan bila di dunia ini tidak ada air! Manusia, tumbuhan, binatang dan siapa saja (secara normal) tidak akan bisa bertahan hidup. Manusia mungkin bisa bertahan tidak makan berhari-hari, tapi coba suruh manusia untuk tidak minum barang sehari. Mendengar penjelasan dari guruku itu, kebingungan akan makna namaku sendiri sedikit demi sedikit luntur dan berubah menjadi partikel-partikel yang menggumpal mewujud rasa terimakasih dan syukur kepada orang yang telah memberiku nama ini. Benar-benar luar biasa! Apa yang dijelaskan oleh guruku itu ternyata juga telah mendapat legitimasi dari ayat suci al-Qur’an, firman Allah yang tidak perlu diragukan lagi kebenaran dan keotentikannya. Sebuah potongan ayat pada surat al-Anbiya ayat 30 menjadi saksi begitu istimewanya satu makhluk Allah yang bernama air, “... Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup ...”. Bukan hanya satu, dua atau tiga tapi Allah mengatakan segala sesuatu. Subhanallah!

Dari sinilah rasa kebingunanku berubah menjadi rasa syukur dan terima kasih tiada tara kepada kedua orang tua dan orang yang telah menyumbang nama untukku. Mungkin inilah maksud mereka para manusia luar biasa itu memberi nama bagiku, Niki Alma Febriana Fauzi. Dengan harapan agar aku bisa menjadi orang yang benar-benar luar biasa seperti yang terkandung dalam makna air.

Saudara-saudaraku tercinta, mulai sekarang jangan pernah berprasangka buruk dengan nama kita sendiri. Orang tua atau siapapun yang telah memberi nama kita, pasti punya harapan dan tujuan mulia. Tetap semangat dan bersyukur dengan apa yang ada pada diri kita.








Kaliurang, 12 Februari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar