Hari Rabu 10 April 2013 lalu saya benar-benar belajar. Belajar dari sebuah peristiwa yang menampar saya demikian keras. Bahwa betapa pra-konsepsi yang kita bangun akan sangat berpengaruh pada cara berpikir kita terhadap seseorang atau sesuatu. Pra-konsepsi buruk yang kita bangun akan membuat kita menutup diri dari apa saja yang berkaitan dengannya. Itu pula yang terjadi pada saya ketika mendengarnama Anies Rasyid Baswedan, atau akrab disapa Anies Baswedan. Ketika pertama kali mendengar namanya yang akan mengisi salah satu kuliah umum pada Presidential Series Lectures, maka yang ada dalam persepsi saya ketika itu tidak jauh dari hal-hal yang berkaitan dengan liberalisme agama. Predikatnya sebagai rektor Universitas Paramadina, menggantikan Nurcholis Madjid yang terkenal sebagai seorang tokoh liberal, membuat saya tidak terlalu ngeh ketika mendengar namanya. Apalagi universitas yang dipimpinnya saat ini, oleh sebagian orang sering disebut sebagai sarangnya orang-orang liberal. Namun pada hari Rabu itu anggapan buruk tentang Anies seketika luntur, tatkala saya mendengar paparannya.
Rabu, 24 April 2013
Selasa, 23 April 2013
Pemimpin di Sekitar Kita
Seorang
pemimpin di setiap elemen kehidupan merupakan sosok krusial (penentu) yang
paling urgent keberadannya. Ia bisa diibaratkan seperti nahkoda kapal
yang harus siap-siaga dalam setiap pelayaran guna bertanggung jawab atas
kesejahteraan dan keselamatan seisi kapal. Mulai dari lingkup kecil, sosok ayah
sebagai tulang puggung rumah tangga adalah pemimpin bagi setiap anggota
keluarganya. Sementara di lingkup yang lebih besar (masyarakat), sosok lurah,
bupati, gubernur dan juga presiden atau pemimpin negara merupakan sosok-sosok
yang harus bertanggung jawab atas kesejahteraan para rakyatnya.
Di sebuah
lembaga pendidikan seperti PUTM juga sama. Kehadiran seorang pemimpin di
tengah-tengah thalabah sangat berpengaruh dan bermakna artinya. Seorang
pemimpin yang mampu memanifestasikan nilai-nilai kedisiplinan akan berpengaruh
kepada para thalabah. Begitu sebaliknya, bila sosok pemimpin tidak dapat
mengejawantahkan nilai-nilai kedisiplinan, maka itu pun juga akan berpengaruh
pada thalabah semua.
Budaya Organisasi di PUTM
Tidak terasa
hampir tiga tahun sudah aku berada di PUTM, sebuah institusi yang tidak pernah aku
dengar sebelumnya. Benar-benar asing. Alhamdulilah Allah memberi kekuatan
kepadaku untuk terus bertahan di sini. PUTM atau pendidikan ulama tarjih
muhammadiyah tiga tahun terakhir ini menjadi keluarga baru dan tempat berbagi
senang dan duka. Banyak sekali perjalanan hidup yang terukir di tempat ini.
PUTM menjadi saksi semuanya.
Masih
teringat sekali awal-awal aku di PUTM. Pertanyaan yang selalu kutanyakan, bisa
tidak lulus dari sini lebih cepat? Pertanyaan yang muncul karena rasa
ketidakbetahan ketika awal-awal berada di PUTM. Tapi sekarang sudah tidak.
Lambat laun aku mulai menikmati kehidupan di PUTM. Bersama teman-teman baru dan
tentunya para ustadz serta pengurus PUTM.
Langganan:
Postingan (Atom)