Tidak terasa
hampir tiga tahun sudah aku berada di PUTM, sebuah institusi yang tidak pernah aku
dengar sebelumnya. Benar-benar asing. Alhamdulilah Allah memberi kekuatan
kepadaku untuk terus bertahan di sini. PUTM atau pendidikan ulama tarjih
muhammadiyah tiga tahun terakhir ini menjadi keluarga baru dan tempat berbagi
senang dan duka. Banyak sekali perjalanan hidup yang terukir di tempat ini.
PUTM menjadi saksi semuanya.
Masih
teringat sekali awal-awal aku di PUTM. Pertanyaan yang selalu kutanyakan, bisa
tidak lulus dari sini lebih cepat? Pertanyaan yang muncul karena rasa
ketidakbetahan ketika awal-awal berada di PUTM. Tapi sekarang sudah tidak.
Lambat laun aku mulai menikmati kehidupan di PUTM. Bersama teman-teman baru dan
tentunya para ustadz serta pengurus PUTM.
Di PUTM ini
aku belajar bagaimana menjadi orang yang disiplin, taat, rapi dan tidak slengekan.
Para ustadz dan pengurus selalu mengkampanyekan itu, bagaimana mereka membuat
para thalabah bisa menjadi sosok kader
Muhammadiyah yang benar-benar bisa menjiwai nilai-nilai keulamaan. Misalnya
saja ketika penerapan wajib salat tahajud setiap malam, kecuali malam jum’at
karena libur. Puasa sunah senin-kamis, wajib berpeci ketika salat, tidak boleh
berpakain yang mecem-macem, dan lain sebagainya. Belum lagi ketika ditambah
dengan kebijakan-kebijakan internal asrama yang baru. Semua itu sesungguhnya
karena PUTM ingin mengajarkan kepada para thalabah tentang kedisiplinan,
ketaatan dan nilai-nilai keulamaan. Namun terkadang ada beberapa kebijakan yang
berefek kurang baik ketika dipraktekkan pada thalabah. Itu karena kebijakan
yang dibuat terkadang tidak melihat dan mempertimbangkan kondisi thalabah,
bahkan mungkin kurang dikomunikasikan dengan para thalabah. Misalnya saja
kebijakan internal asrama tentang larangan makan di kamar. Jelas ini mendapat
respon yang agak sentimen dari para thalabah. Menurutku di sini pihak pengurus
kurang melihat situasi dan kondisi individu dari setiap thalabah. Bisa jadi ada
satu-dua thalabah yang tidak bisa makan bila tidak di kamar. Karena mungkin
meilhat kondisi ruang makan yang
terkadang tidak layak bila disebut ruang makan karena kotornya itu. Kemudian
kebijakan tentang batasan waktu makan. Menurutku ini sangat tidak masuk akal.
Karena setiap perut manusia pasti punya jam laparnya masing-masing, kenapa
harus dibatasi dan diatur?
Aku sadar
semua kebijakan itu dibuat tujuannya untuk kebaikan bersama. Tapi memang
kadang-kadang ketika akan mebuat suatu kebijakan kita harus mengkomunikasinnya
dengan orang-orang yang nantinya akan merasakan langsung dampak dari kebijakan
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar